HARMONY BECAUSE OF THE WASTE
Silauan
mentari memudarkan bunga tidur yang sedang mengelabuhiku. Tiba-tiba terdengar
suara ibu yang sedang memanggil namaku dari balik pintu kamarku. “ Rahil . . .
. bangun nak udah siang . .” . Akupun
terbangun dan bergegas untuk mandi karena hari ini aku ada ujian matakuliah
yang dosennya dibilang killer oleh teman-temanku. Jam menunjukkan pukul 06.00 pagi, akupun langsung bergegas menuju kampus.
Ketika aku keluar rumah dan melihat jalan-jalan di kampung rumahku begitu
memprihatinkan. Sampah – sampah berserakan dipinggir jalan dan aku merasa bahwa
warga sekitar rumahku tidak ada kepedulian dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Bahkan pagi-pagi gini sudah ada yang ribut gara-gara sampah. Akupun terheran
melihat kondisi yang terjadi di kampungku. Padahal sudah sering terjadi banjir
di kampungku tapi warganya tetap saja membuang sampah sembarangan. Aku sebagai mahasiswa yang sedang mendalami
ilmu lingkunganpun merasa miris akan hal ini. Sepintas tersirat dalam fikiranku
untuk bisa menanggulangi sampah yang berserakan dan tidak terurus itu. Sejenak
aku tinggalkan masalah sampah yang ada di kampungku dan segera aku menuju
kampus karena jam sudah mendekati pukul 07.00.
sesampai di kampus aku langsung menuju ke ruangan kuliah dimana akan
diadakan ujian. Jam sudah menunjukkan pukul 07.15 dan dosennya belum datang
juga. Tiba-tiba datang Asdos keruangan
kuliahku dan mengumumkan bahwa dosen yang bersangkutan tidak bisa hadir hari
ini dikarenakan pergi ke luar kota sehingga ujian hari ini ditunda dan aku diberikan tugas selama dua bulan untuk
melakukan kegiatan penaggulangan sampah yang ada di masyarakat. Kebetulan tugasnya
sesuai dengan apa yang aku lihat tadi pagi. sampah-sampah di kampungku tidak
ada yang ngurus dan pastinya sampah-sampah itu akan menjadi sasaran empuk
untukku. sepulang kuliah aku mengajak teman-teman kelompokku yang terdiri dari
5 orang untuk berdiskusi masalah tugas yang diberikan oleh dosenku tadi. Akupun
mengungkapkan ideku, “ teman-teman, gimana kalau kita ngadakan kegiatan penaggulangan
sampah ini di kampungku ? “.
“ kenapa harus di
kampungmu hil ?” celetus dian teman perempuanku yang selalu ngoment ide dari
teman-temannnya.
“ soalnya
sampah-sampah di kampungku kondisinya sangat memprihatinkan, masyarakat di
kampungku kurang peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar, aku berencana
mengajak kalian semua untuk survey ke tempatku, jadi kalian bisa tau kondisi
realnya gimana” jawabku.
Karena
mereka juga belum punya referensi tempat untuk kita melakukan kegiatan itu maka
mereka setuju dengan usulanku dan kitapun sepulang kuliah langsung menuju ke
kampungku. Dan ternyata sesampai di sana mereka terkejut dengan kondisi yang
ada.
“ OH My God .
. sungguh ironis sekali kampungmu hil “,
ungkap si Fina temanku yang paling rajin di kelas ketika melihat bak sampah di
pinggir jalan yang berserakan dengan sampah-sampah rumah tangga.
“ santai Fin gak
usah ekspresif banget melihatnya, please dech . . “, sahutku.
Akupun langsung mengajak teman-temanku untuk
berkeliling melihat kondisi kampungku yang begitu memprihatinkan.
“ nah gimana teman-teman kalian kan sudah
melihat sendiri kondisi realnya, pasti kalian pedulikan dengan hal ini ?, kalau
menurut kalian masih kurang cocok dengan kampungku yang akan dijadikan tempat
kegiatan kiita ya monggo silahkan.” Jelasku kepada teman-teman.
“ gak hil,
menurutku cocok banget untuk dijadikan sasaran kegiatan kita dan kampungnya
pun dekat dengan rumahmu, jadi kalau
kita butuh apa-apa gampang gak kerepotan”, usul Angga ketua kelasku.
“ iya-iya aku
setuju sama dirimu ngga, kan kalau kita laper nanti gak perlu repot-repot . .
hehehehehe . .. “. Celetus Sari teman kelompokku yang cerewet.
“ okelah, kalau kalian
semua setuju kita ngadakan kegiatannya di sini aku sih senang-senang saja,
malah aku berterima kasih kepada kalian semua yang telah bersedia membantu ku
untuk menyadarkan masyarakat akan kebersihan lingkungan di kampungku ini, oh ya
kapan kira-kira kita mulai kegiatannya ? ”, paparku kepada teman-teman.
“minggu depan gimana
teman, soalnya minggu ini aku ada acara syukuran di rumah, biasa calon ibu-ibu
kan harus bantu-bantu kalau ada acara gituan”, celetus si Sari sambil
tersenyu-tersenyum yang gak jelas.
Tidak hanya Sari
yang gak bisa minggu ini, dian sama fina pun juga begitu. Jadi aku sama angga
mengalah untuk mengikuti kemauan mereka yang ingin mengadakan kegiatan minggu
depan. Sebelum kegiatan itu dimulai kami pun mempersiapkan segala keperluan kegiatan
mulai dari menghubungi Pak RT sampai ke kepala kelurahan dan syukurnya Pak
Lurah mengizinkan kita untuk mengadakan kegiatan di kampungku itu. Tidak hanya
itu saja kami juga mendatangi ketua karang taruna setempat agar pemuda dan
pemudi kampungku bisa membantu memperlancar kegiatan yang kami adakan. Tak lupa
juga kami menyebarkan undangan kepada seluruh masyarakat agar bisa
berpartisipasi dalam kegiatan yang kita adakan.
Hari demi haripun silih berganti, hari dimana aku dan teman-teman
sepakat untuk mengadakan kegiatan penanggulangan sampah pun tiba. Dalam agenda
hari ini diawali dengan kegiatan kerja bakti bersih-bersih lingkungan kampung
dan syukurlah dalam kegiatan bersih-bersih kampung ini antusias warga cukup
tinggi. Saya merasa terharu ketika seorang bapak-bapak datang membawa cangkul
dan memberikan semangat kepadaku,
“ ayo nak, saatnya
yang muda yang bergerak. Begini seharusnya pemuda itu harus punya kepedulian
terhadap kondisi sekitar “.
“iya pak, syukurlah
bapak dan para warga bisa barpartisipasi dalam kegiatan yang kita adakan, ya
semoga saja dengan kegiatan bersih-bersih ini kampung kita bisa terlihat indah,
bersih dan nyaman pak”, sahutku .
Selama satu jam
lebih aku, teman-temanku dan para warga kampungku beserta pengurus desa
bersih-bersih lingkungan kampung. Dalam kegiatan bersih-bersih ini tak lupa
juga kita mengumpulkan sampah-sampah yang sukar di uraikan oleh tanah.
Sampah-sampah plastik kita pisahkan untuk kita daur ulang sehingga bisa
mengurangi pencemaran tanah akibat sampah plastik yang sukar diuraikan oleh
tanah. Dan ternyata dari hasil pengumpulan sampah tersebut, aku dan teman-teman
mengumpulkan sampah plastik yang banyak banyak jumlahnya. Sampah-sampah ini akan kita daur ulang untuk
kita jadikan barang jadi yang mempunyai nilai ekonomis. Awalnya aku dan
teman-teman kurang yakin dengan ide ini. Berhubung kita semua punya kemauan
yang sama untuk bisa berkreasi menciptakan sesuatu yang unik dari sampah-sampah
yang sudah tidak terpakai, maka kita nekat untuk belajar mengenai hal itu. Di
hari pertama kegiatan yang kita adakan. Aku dan teman-teman sudah mengumpulkan
sampah-sampah plastik yang siap untuk diolah. Sampah-sampah plastik itu
langsung aku bawa ke rumahku untuk diolah di sana. Sore harinya setelah istirahat
siang, kita mulai untuk bekerja. Referensi barang-barang jadi yang kita peroleh
dari internet pun kita kumpulkan dan kitapun memulai untuk berkreasi. Aku
kebagian untuk membuat sandal, dian dan sari membuat dompet, fina membuat tas
dan angga membuat sajadah. Awalnya kita
kesulitan untuk memualai dalam pengerjaanya. Mungkin karena semangat kita yang
besar untuk bisa membuat sesuatu yang baru maka awalnya yang bagi kita sulit
dikerjakan akhirnya bisa diselesaikan walaupun hasilnya gak persis seperti di
contoh. Gak terasa sudah 4 jam aku dan teman-temanku membuat pernak-pernik itu.
Kami pun mengumpulkan pekerjaan kami. Dan ternyata angga yang kebagian membuat
sajadah, sajadahnya belum selesai. Aku, sari, dian dan fina pun turut membantu
angga untuk membuat sajadah agar cepat selesai. Kita kesulitan dalam mngerjakan
sajadahnya, apalagi jika sari yang membantu pasti berantakan karena dia anaknya
sangat kasar dalam mengerjakan sesuatu. Dan akhirnya berkat kekompakan kita
dalam mengerjakannya sajadahnya pun selesai. Di sela-sela kepenatan kita
setelah mengerjakan sajadah yang begitu ruetnya, tiba-tiba terdengar suara pak
lurah.
“ Assalamualaikum
mas rahil . . “, sahut pak lurah kepadaku.
“ wa’alaikum salam
bapak”, jawabku dengan muka yang berseri-seri menyambut kedatangan pak lurah.
Aku dan teman-temankupun bersalaman dengan pak lurah.
“ gimana mas Rahil,
sampah-sampah plastik tadi mau mas Rahil jadikan apa ?”, tanya pak lurah
kepadaku.
Sari pun langsung
merespon pertanyaan pak lurah, “ ini pak udah kami buat sajadah, dompet, tas
dan sandal”.
Saya pun tersenyum
melihat gaya sari yang centil sambil menunjukkan hasil karya kita.
“ wah hebat-hebat,
terus barang-barang ini mau diapain mbak ?” tanya pak lurah kepada Sari.
“ ini nanti pak mau
kita ajarkan kepada warga kampung ini khususnya bagi para pemuda dan pemudi
kampung ini agar bisa mebuat barang-barang unik dari sampah-sampah plastik,
jadi biar sampah plastiknya tidak dibuang begitu saja, kan sayang pak kalok
sampah plastiknya dibuang gitu aja padahal kan bisa kita jadikan lahan untuk
mencari rezeki, hehehehe . . . “, jawab si Sari dengan gaya yang tengengel.
“ ow begitu ya
mbak, wah hebat kalian pemuda-pemudi harapan bangsa yang bisa berfikir cerdas,
saya sebagai pak lurah di sini tidak pernah memikirkan akan hal itu”, puji pak
lurah kepadaku dan teman-teman.
Setelah
berbincang-bincang beberapa menit pak lurahpun berpamitan untuk pulang ke rumah
karena ada urusan. Kitapun melanjutkan untuk membereskan sisa-sisa sampah yang
kita jadikan pernak-pernik tadi. dan selanjutnya teman-teman berpamitan untuk
pulang. Akhirnya hari pertama dalam kegiatan kita pun selesai.
Keesokan harinya
ketika di kampus kami memikirkan bagaimana untuk bisa membuat pernak-pernik
yang telah kita buat untuk bisa terlihat lebih menarik lagi. Ide brilian muncul
dari otak Sari, “ REK, aku punya teman anak kesenian, anaknya itu pandai dalam
membuat kerajinan tangan apalagi dari bahan-bahan sampah plastik yang seperti
kita buat. kemarin dia udah aku omongin
masalah kegiatan kita dan dia bersedia membantu kita, gmana apakah kalian mau
?”.
“ wah bagus sar, ya
kita sih mau-mau saja malah senang sekali kalau temanmu itu bisa membantu
kita”, jawabku.
“ sip, kalau kalian
memang mau, ya sekarang tak hubungi dia agar nanti sore dia bisa ikut kita
untuk ngerjakan misi kita, gimana ?”, tanya Sari kepada teman-teman.
“ oke gak masalah
“, celetus si Fina.
Sore harinya setelah pulang kuliah
kita pun langsung menuju ke rumahku untuk mengerjakan daur ulang sampah yang
masih belum selesai. Sesampai di rumah kita langsung mempersiapkan
perlengkapannya dan teman sari anak kesenian yang bernama Doni itupun langsung
mengajarkan kepada kita bagaimana membuat pernak-pernik yang unik dan mempunyai
nilai jual. Dengan sabar Doni mengajarkan kepada kita dan berbekal mesin jahit
punya ibuku yang sudah tua. dengan telaten kita mengerjakan sampah-sampah
plastik itu agar bisa menjadi barang-barang yang mempunyai nilai jual. Setelah
berlatih hingga malam hari akhirnya kita bisa menghasilkan parnak-pernik
seperti sandal, tas, dompet, sajadah dengan hasil yang lebih baik dari yang
sebelumnya. Setelah kita bisa mendaur ulang sampah menjadi barang jadi, aku dan
teman-teman berencana untuk membagikan ilmu yang kita dapatkan dari Doni, teman
Sari yang mahir dalam membuat pernak-pernik dari sampah kepada warga khususnya
untuk para pemuda dan pemudi kampungku yang mana kebanyakan dari mereka adalah
pengangguran. Kami berencana untuk memaksimalkan kemampuan kita dalam mendaur
ulang sampah plastik selama satu minggu sehingga kita nanti ketika mengajarkan
kepada warga tidak asal-asalan. Selama seminggu kita berusaha mengasah
kreatifitas agar kita benar-benar mahir dalam brekreasi. Aku terharu melihat
semangat teman-teman kelompokku yang luar biasa dalam menjalankan misi kita
ini. Bahkan temanku Fina, sampai jatuh sakit akibat sering ngelembur malam
untuk berlatih. Walaupun demikian, teman-teman tetap bekerja profesional yang
ditunjukkan ketika hari pelaksanaan tiba, aku dan teman-teman siap untuk
mengamalkan ilmu kepada warga kampungku agar bisa mengangkat kehidupan ekonomi
mereka. Seminggu sudah kita lewati untuk berlatih bersama. Aku dan teman-teman
mengundang warga, pemuda-pemudi, untuk datang ke balai kantor kelurahan. hari
pertama dalam kegiatan pelatihan untuk membuat kerajinan tangan dari sampah plastik,
warga kurang antusias dalam mengikuti kegiatan yang kita adakan. Pada hari
pertama ini tidak lebih dari 15 orang yang datang pada kegiatan yang kita
adakan dan itupun perempuan semuanya. Padahal yang kita undang lebih dari 40
orang. Walaupun demikian aku dan teman-teman tetap semangat dalam menjalankan
kegiatan ini. Di hari pertama ini aku dan teman-teman mengajarkan kepada
pemudi-pemudi yang datang itu tentang bagaimana mengolah sampah plastik menjadi
barang jadi yang mempunyai nilai jual sehingga bisa menambah pundi-pundi
ekonomi kita. Disela-sela kita mengajarkan ke mereka, kita juga memotivasi
mereka agar mempunyai semangat untuk bisa berkreasi dan bisa berwirausaha
sendiri. Kami juga memotivasi kepada mereka agar tidak bergantung kepada orang
lain. Hari pertama, kedua dan ketiga kita lalui. Syukurlah peserta pelatihan
yang kita adakan sampai hari ketiga ini tetap 15 orang. Saya terharu melihat
semangat pemudi-pemudi itu yang tekun dan antusias dalam mengikuti pelatihan
yang kita adakan. Di hari keempat pelatihan aku terkejut melihat penambahan
peserta menjadi 20 orang. Aku dan teman-teman merasa terharu, gembira dan
antusias dalam menyambut peserta yang baru bergabung pada kegiatan kita.
Walaupun ke lima orang tersebut ketinggalan dengan kelima belas teman yang
lainnya. Kita tetap mengajarkan mereka dari awal.
Tidak terasa pelatihan yang kita
adakan setiap sore sudah berjalan 2 minggu. Kini teman-teman kampungku yang
mengikuti pelatihan daur ulang sampah plastik sudah mahir dalam membuat
pernak-pernik yang mempunyai nilai jual. Setelah pelatihan ini selesai, aku dan
teman-temanku mengajak pemudi-pemudi yang mengikuti pelatihan untuk bisa tetap
bergabung bersama kita dalam komunitas pecinta lingkungan di kampungku. Dan
syukurlah mereka mau tetap bergabung bersama kita. Dalam komunitas ini kita bergerak dalam menggagulangi sampah plastik agar bisa kita
jadikan barang-barang unik, pernak-pernik yang mempunyai nilai ekonomi. Selain
itu dalam menanggulangi sampah non plastik, aku dan teman-temanku meminta
bantuan ke dinas kebersihan untuk bisa memberikan komposter kepada warga
kampungku. Dan dari dinas kebersihanpun
bersedia untuk membantu niat baik kita. Alhamdulillah 15 komposter dikirimkan oleh
dinas kebersihan ke kampungku. Hal ini disambut antusias oleh warga.
Kelimabelas komposter itu dibagi rata oleh pak lurah di seluruh penjuru
kampung. Tidak lupa juga kita memberitahukan kepada pak lurah dan para warganya
tentang penggunaan komposter ini. Atas dukungan dari pak lurah dan seluruh
warga kampungku, kini kampung halamanku sudah tidak seperti kampung yang penuh
sampah melainkan kampung halaman yang bersih dan warganya peduli terhadap
kebersihan lingkungan. Para warga yang dulunya membuang sampah sembarangan,
kini sudah sadar untuk tidak melakukan hal itu. kini para warga membuang sampah non plastik
seperti sayur-sayuran, sampah sisa makanan di komposter yang telah disediakan.
Berawal dari sampah yang dulunya para warga sering sekali bermasalah dengan
sampah mulai dari penyakit, banjir bahkan pernah suatu kejadian di kampungku
terjadi pertikaian dan perkelahian hebat akibat pembuangan sampah sembarangan. Tapi saat ini masyarakat di kampungku,
gara-gara sampah mereka lebih peduli dengan kebersihan lingkungan. Gara-gara
sampah mereka bisa menambah uang penghasilan, karena berkat pelatihan yang aku
adakan bersama teman-temanku kini kawulah muda di kampungku mempunyai kesibukan
untuk mengolah sampah plastik menjadi pernak-pernik yang mempunyai nilai jual.
Saat ini aku dan teman-temanku mulai mempromosikan produk-produk olahan sampah
buatan warga kampungku baik melalui omongan ke teman-teman kuliah, lewat dunia
maya seperti Facebook, witter dan blog. Semoga dengan usaha yang telah aku
gagas bersama teman-temanku ini bisa menciptakan kerukunan di kalangan warga
kampungku dan bisa menciptakan perdamaian dan persaudaraan diantara mereka. Jayalah Indonesiaku dan Jayalah Negeriku.
Rahil La Saleh
Mahasiswa Fisika
Universitas Negeri Surabaya
2 komentar:
heeeemmm. . .
bakat jadi pengarang cerpen sepertinya saudara Rahil La Saleh ini. . .
bakat terpendam :D
lanjutkan mengarang cerpen yang lebih inspiratif ya. . .
terima kasih sudah menyebut nama saya dan mengatakan saya rajin #walaupun sebenarnya nggak rajin sama sekali# hehe. . . :P
semangat (^_^)/
Terimakasih fina atas komentarnya. . .
Posting Komentar